BUSANA PENGANTIN KASATRIYAN AGENG
Pada zaman dahulu, perayaan pengantin pada hari ke-35 atau
selapanan biasa dilaksanakan. Perayaan ini berupa pagelaran wayang orang selama
tiga hari tiga malam. Busana yang dikenakan adalah Paes Ageng. Akan tetapi,
sejak zaman Hamengku Buwana ke VII, pengantin mengenakan pakaian Kesatriyan
Ageng (Condronegoro melalui Suwarna, 2000:9).
Pada mulanya Busana Kasatriyan Ageng merupakan busana yang dikenakan Ngarsa
Dalem Ingkang Sinuwun dan putra-putra pangeran pada tanggal 20 malam bulan
maulud pada saat ke masjid untuk
melaksanakan upacara udik-udik. Sultan dan para pangeran mengendarai kereta
berkuda keluar dari kraton melalui alun-alun utara menuju Masjid Agung dengan
mengenakan busana adat berupa kain dan surjan lengkap yang disebut Busana Kasatriyan.
Karena selalu digunakan tanggal 20 malam, busana ini disebut
juga Busana Malam Selikuran.
Busana Kasatriyan Ageng
BUSANA PENGANTIN KASATRIYAN
Busana pengantin Kesatriyan merupakan busana paling
sederhana bila dibandingkan dengan busana pengantin lainnya. Busana ini paling
banyak dipakai oleh pengantin di pedesaan, busana ini tampak anggun, indah, dan
berwibawa. Sama seperti Busana Pengantin Kasatriyan Ageng, busana ini juga sering
dikenakan pada resepsi dan jarang dipakai untuk upacara panggih. Namun biasa dipakai pada saat ngundhuh mantu atau boyong pengantin. Karena busana ini bersifat santai (nonformal).
Sumber
: Riefky Tienuk, dkk, Kasatriyan ageng Selikuran & Kasatrian Ageng Tata
Rias Pengantin Yogyakarta
Daftar
Pustaka :
Pringgawidagda,
Suwarna. 2007. Mengenal Busana Pengantin
Gaya Yogyakarta. Yogyakarta : Adicita Karya Nusa.
Riefky
Tienuk, dkk. 2008. Kasatriyan ageng
Selikuran & Kasatrian Ageng Tata Rias Pengantin Yogyakarta. Yogyakarta
: Kanisius.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar